CATATAN KECIL

Selasa, 25 Januari 2011

Hanya Dengan Hati

Apakah bodoh?
bila terus mengaharap hatimu
Apakah gila?
menyebut namamu saat rindu mengangkangi aku


Tak satupun aku temui
Pembuktian ucapan
Yang pernah meluncur dari bibirmu
Tapi terus aku jalani resiko rasa ini
Saat aku asyik sendiri
Dengan malam yang menciptakan
Sejuta kenangan


Hati tak mampu aku bohongi
Bila naluri
Bersuara lirih
Terselip sebuah pengharapan
adalah rela bila harus kehilangan




Palembang, 26 Januari 2011

Di Kamar Pukul 01.01 WIB

Dini hari, ada sekelumit gelisah saat seseorang pergi begitu saja tanpa konfirmasi. 
Padahal malam ini rembulan dengan cerianya bercumbuan dengan bintang.
Awan gelap adalah saksi bisu disetiap malammalam yang dilalui keduanya.


Di sini, di depan jendela kamar kuperhatikan mereka berduaan.
Angin malam yang semakin sejuk saja telah membuat mata air air mata jatuh tanpa sadarku.
Bilakah salah satu dari mereka pergi tanpa aba-aba?
Bagaimana rasa sakitnya saat kehilangan?
Karna selalu bersama berdua menemani jiwa-jiwa lelah di bawahnya.


Oh duhai. .
Adalah gelisah yang tak ada ujungnya
Saat merindui kekasih pergi tak bersebab


Awan gelap tetap saja gelap
Ia pun tak mampu menjelaskan kenapa dan mengapa


Bilakah harus kesabaran menunggu ia kembali
untuk membuktikan sebesar apakah cinta yang dimiliki
Aku rela menunggumu sampai putus jantung ini
karna cinta ini muncul karna-Nya untuk kau miliki





Palembang, 26 Januari 2011

Senin, 24 Januari 2011

Puisiku Yang Pertama Terbit di Cahaya Pagi (Manado, 22 Januari 2011)




Cukup 3 Kali


Aku mencium masa lalu
Debu yang kita rangkai bersama waktu itu
melahirkan anakanak hari
hingga hati perih pedih

Jantung ini tak akan pernah berhenti berdetak
pada detak detik nadi cinta
bermuara di dalam hati
dan janganlah lagi kau sayat
dengan belati lidah tak bertulang

Cukup ketiga kali ini
aku menerimamu kembali
karna hati masih mengharap kau di sini

Cukup 3 kali!
Karna hidup ini punya batas





Palembang, 4 Januari 2011

Kamis, 20 Januari 2011

About inside of my mind for tonight and about you too

I lie awake at night
See things in black and white
I only got you inside my mind
You know you have made me blind

I lie awake and pray
That you will look my way
I have all this longing in my heart
I knew it right from the start


                                                -- M2M (Pretty Boy) --


Menyusuri sepi jalanan hati
Gelap pun menemani langkah 
Patahpatah menggapai titik cahaya
Adalah kerinduan dosa akan kebenaran titah

Bibir ini selalu basah 
Ayatayat cinta membuncah 

Aku tahu. .
Rindu ini kau-aku rasa miliki
Lewat kerlingan gugus bintang
Membentuk lafaz rindu hati akan tenang

Tuhan menitahkan hati
:"meyakini atas yang kau-aku yakini" 


Palembang, 21 Januari 2011


Rabu, 19 Januari 2011

Hanya Untuk Kau Rasakan




I)
Bulan tertutup kabut
Sepi hati memagut
Tak perlu kau takut
Ia tidak cemberut

II)
Cahaya bulan tak tembus
Udara gelisah kian berhembus

III)
Jatuh bulan di jalan
Matahari pungut ia pelan-pelan



Palembang, 8 Januari 2011

Surat Untuk Sahabatku

kau mungkin tak percaya saat aku tak lagi waras, kemudian menulis surat ini untukmu. Ada rasa getar di ujung jari saat tulisan mengalir mengeluarkan aksara kemudian bersuara.

Kalimat yang mengawali salam pertamaku untukmu.

Awan tak akan lagi indah saat mendung berkerudung, suara burung parau saat halilintar menyelipkan cintanya yang berlebihan.

Aku masih ingat tubuhmu yang waktu itu kau rebahkan di punggungku kemudian kau mengawali perbincangan, "ahh, hidup ini seperti menikmati secangkir kopi". Selalu, aku ingat kalimat itu entah kenapa. Mungkin tanpa sadar kau bernyanyi dengan kalimat itu, tapi bagiku nyanyianmu adalah syair merdu yang membuat aku mabuk kepayang.

Secangkir kopi yang harus kau nikmati dengan hati yang mengirama degub nadi, karena kau harus melihatnya dengan hati, kemudian baru bisa kau rasai dan maknai. Dan kini, Tuhan membuatkan secangkir kopi. Semoga tak akan tumpah kala ada di tanganku nanti. Semoga aku tak akan muntah saat mencicipi kopi buatanNYA itu. "ahh, nikmatt" aku akan berusaha bilang begitu, walau bohong merajai hatiku. Ya, kebohongan tak akan berwajah tunggal di hadapanNYA kelak. Benar begitu kan sahabatku?



Palembang, 18 November 2010

Di Kamar Pukul 16.30 WIB

Kamar ini tiba jadi lengang suara orang yang selalu berlalulalang di depan jendela.
Hujan mengantar mereka sibuk di rumah.
Ada yang mengemas barang, berbincang di teras bersama saudara, dan ada pula yang menikmati secangkir kopi dan sebungkus rokok.

Malas karena hujan jatuh begitu lembutnya berirama di luar jendela.
Bosan aku, kesal sendiri aku buat sendiri.

Boneka lumba-lumba pink kesayangan kupeluk, karena cuma dia yang bisa menghangatkan tubuhku.
Berbicara sendiri dengan foto-foto jaman kuliah dulu.
Depresi????
Tidak. . aku tidak depresi.
Aku hanya malas saja bangun dari tempat empuk ini dan juga malas sekali membuka pintu kamar.
Aku lebih suka membuka jendela kamar, karena di sana aku mendapati ketenangan suasana.

Ada surat rindu jatuh bersama derasnya air langit yang diiringi intro musik halilintar.
Isinya seperti ini:
"Duhai gadis, aku tahu kau sedang menanti seseorang. Dan seseorang itu adalah aku. Dan tunggulah suatu hari nanti aku akan menjemput hatimu, karena kau adalah tulang rusukku yang hilang sementara waktu"

Hahhhhhh!! kaget aku dibuatnya.
Siapa yang menulis surat itu padaku?
Tanpa nama.

Berulang-ulang aku baca surat itu, kemudian tiba-tiba saja angin yang bermain di luar sana memekik menyadarkan diri.
Ohhh. . cuma mimpi.



Palembang, 26 Desember 2010