CATATAN KECIL

Rabu, 19 Januari 2011

Surat Untuk Sahabatku

kau mungkin tak percaya saat aku tak lagi waras, kemudian menulis surat ini untukmu. Ada rasa getar di ujung jari saat tulisan mengalir mengeluarkan aksara kemudian bersuara.

Kalimat yang mengawali salam pertamaku untukmu.

Awan tak akan lagi indah saat mendung berkerudung, suara burung parau saat halilintar menyelipkan cintanya yang berlebihan.

Aku masih ingat tubuhmu yang waktu itu kau rebahkan di punggungku kemudian kau mengawali perbincangan, "ahh, hidup ini seperti menikmati secangkir kopi". Selalu, aku ingat kalimat itu entah kenapa. Mungkin tanpa sadar kau bernyanyi dengan kalimat itu, tapi bagiku nyanyianmu adalah syair merdu yang membuat aku mabuk kepayang.

Secangkir kopi yang harus kau nikmati dengan hati yang mengirama degub nadi, karena kau harus melihatnya dengan hati, kemudian baru bisa kau rasai dan maknai. Dan kini, Tuhan membuatkan secangkir kopi. Semoga tak akan tumpah kala ada di tanganku nanti. Semoga aku tak akan muntah saat mencicipi kopi buatanNYA itu. "ahh, nikmatt" aku akan berusaha bilang begitu, walau bohong merajai hatiku. Ya, kebohongan tak akan berwajah tunggal di hadapanNYA kelak. Benar begitu kan sahabatku?



Palembang, 18 November 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar