CATATAN KECIL

Jumat, 03 Desember 2010

Surat Kepada Malam (episode 2)


Pernah aku bertanya,
: Mana tunas rembulan yang
Kau gantungkan di langit kamarku?

Rindu, tiada daya
Hati, keluh

Untukmu sekali lagi kutulis surat ini. Berharap kau sulam lembar biru di hatiku dengan cinta dan kasih sebenarnya. Dan di dalam renungan, di dalam pekat gulita yang menyelimuti keberadaan pikiran, aku menyadari: tak perlu aku cari rembulan untuk menghibur diri. Karena rembulan itu adalah aku yang bersama lilin-lilin kecil pendar cahayanya terangi altar jiwa. Menepis gelap, mendung, gerimis yang selalu kau hantar untukku.

Dan malam ini, kembali kau kirim gerimis, mendung, hingga menelusupkan simfoni gelap di kamarku. Aku termangu, duduk di sudut kamar: bilakah selalu seperti ini setiap malamku? lalu suara-suaramu berlalulalang, kuharap menyadarkan lamunanku, bahwa sudah semestinya aku belajar dari cintamu, bahwa luka itu pasti ada dalam perjalanan kasih asmara, juga hidup adalah perjuangan. Perjuangan yang tak pernah akan berakhir hingga kematian.

Dalam mendungmu,
aku belajar tentang keteduhan.

Gadis, malam
Gerimis, do’a
Gelap, menjadi rembulan



^_^ Palembang, 29 November 2010
_________ diedit oleh: Imron Tohari

1 komentar:

  1. kereen Nik..

    gerimis, mendung, gelap.. rembulan kini adalah aku, tak akan berubah, walau hujan sekalipun yang kan kau kirimkan malam ini..

    ayo semangat! masi banyak rembulan2 lain yang bisa menerangimu jreng..

    BalasHapus